Jumat, 24 September 2010

IRAN penindas sunni


Meski sebagai Negara yang mengaku Negara Islam ternyata banyak anomali didalam praktek keagamaannnya. Terlalu banyak hal hal yang keluar dari syariat. (berikut kami sertakan sebagian penyimpangan penyimpangan tersebut).

Iran adalah Negeri ratapan, bila ada yang meninggal dimana ratapan adalah bagian dari ritual ibadah persis seperti ajaran yahudi yang jago meratap. Yahudi menjadikan Tembok ratapan sebagai tempat paling suci mereka dimana kaum yahudi meratap.
Ratapan paling akbar bagi kaum syiah adalah ketika hari assyura yang diyakini sebagai hari terbunuhnya imam husain. Hampir seluruh negeri kecuali beberapa daerah yan menjadi tempat penduduknya sunni ( kaum sunni adalah 20 persen penduduk iran ) meratap berteriak teriak memanggil husein dan memukul mukul dada bahkan melukai badan hingga berdarah darah. Bila yang perempuan memukul mukul dada dan kepala, maka yang pria menyakiti badan dengan rantai berkait pisau, semua larut dalam kesurupan massal. Orang yang melihat bahkan orang yang tidak ngerti agama pun pasti beranggapan sama, mereka gila dan bodoh. Dibodohi oleh yahudi dan ulama ulama mereka. Tak ada satu akal sehatpun yang membenarkan praktek ibadah seperti ini.

Para ulama syiah di iran menganjurkan untuk melakukan nikah mut’ah, yaitu nikah kontrak yang hanya dibatasi oleh sejumput uang dan masa sewa, harga dari tubuh sang perempuan. Nikah mut’ah yang sejatinya zina (pelacuran) ini pun dianggap ibadah. Zina kok dapat pahala. Bahkan di kota kota pemerintah menyediakan gedung gedung yang berisi para perempuan yang bersedia untuk nikah mut’ah. Tetapi anehnya pengadilan Iran memvonis rajam Sakineh Mohammadi Ashtiani janda 43 tahun dengan tuduhan mengadakan perzinaan pada tahun 2006.Bagaimana cara mereka membedakan antara pelacuran dan nikah mut'ah,kan sama sama dibayar?. Nah loh ….. lucu kan.


Begitu bodohnya syiah ini sampai sampai Al Imam Syafi’i pun menganggap syiah sebagai golongan muslim yang paling bodoh dan paling jauh menyimpang dari ajaran Islam. Bahkan mayoritas ulama pun menganggap Syiah sebagai di luar Islam.


Kalau kita umat Islam di Indonesia sangat memuliakan Sahabat rasululoh, maka di negeri ini mereka para sahabat dianggap kafir, mencaci dan membenci mereka adalah bagian dari akidah dan ibadah mereka. Belum sempurna iman seseorang kalau belum membenci dan mencaci Abu Bakar, Umar bin Khotob, Usman bin Affan dan Aisyah, khafsoh serta istri istri Nabi Muhammad Saw yang lain. Pantang bagi orang syiah untuk mengambil nama mereka sebagai nama dirinya dan nama anak anak mereka. Siapa melanggar akan dihukum seberat-beratnya. Bahkan nama Muhammad pun tidak bakal ditemui pada diri orang syiah. Begitu lah syiah, mengaku islam tetapi sangat benci kepada nabi Muhammad saw dan sahabat.

Bahkan syiah pun meragukan kemurnian alQuran, mereka percaya dan meyakini bahwa nabi Muhammad menyembunyikan sebagian ayat ayat alqur’an. Jadi bagaimana mungkin syiah mau menerima Al Qur’an yang menurut mereka merupakan hasil periwayatan para sahabat yang di mata syiah adalah pengkhianat? Sementara perawi syiah sendiri tidak ada yang meriwayatkan Al Qur’an, seluruh jalur periwayatan Al Qur’an adalah melalui perawi sunni. Tidak ada satu pun yang syiah. Saking jahilnya kaum syiah mereka meyakini Al quran yang asli kelak akan dibawa oleh Imam Mahdi versi mereka. Na’udzu billahi min dzalik.

Dalam kitab mereka semisal Furu’ul Kafi oleh Al-Kulani, Man La Yahdhuruhul Faqiihu oleh Ibnu Babawih dan kitab lainnya, diriwayatkan : “… Barangsiapa mendatangi kubur Al-Husain pada hari Arafah dengan mengakui haknya maka Allah akan menulis baginya seribu kali haji mabrur, seribu kali umrah mabrur dan seribu kali peperangan bersama Nabi yang diutus dan imam yang adil”. Dalam kitab Kamiluzaroot dan Bahirul Anwar disebutkan “ Ziarah kubur Al-Husain merupakan amalan yang paling mulia”, riwayat lainnya, “Termasuk amalan yang paling mulia adalah ziarah kubur Al-Husain”. Bahkan Karbala itu lebih mulia dibanding Makkah Al-Mukaramah. Karena Al-Husain dikuburkan di disana. [Lihat Ushul Madzhab Asy-Syiah Al-Imamiyah Al-Itsna Asyriyah Dr Nashir Al-Qifari, hal. 460-464]
Khomeini menulis buku Wilayatul faqih dan AL Hukumah AL IslamiyaH. Sebagian kekafiran yang ada pada buku tersebut (Al Huykumah AL Islamiyah hal 35) : Khomeini berkata bahwa termasuk hal pokok dalam mazhab kita (syiah )adalah bahwa para imam syiah memiliki posisi yang tidak dapat dicapai oleh para malaikat dan para Nabi.

Itulah akidah syiah bahwa imam mereka yang berjumlah 12 lebih tinggi kedudukannya jika dibanding para nabi dan malaikat, termasuk nabi muhammad saw.

Penghinaan Iran Terhadap Kaum Sunni
Perlu diketahui, sikap Iran terhadap Islam (Sunni) lebih kejam dibanding sikap negeri-negeri kafir sekalipun. Hingga di Iran terutama ibukotanya, Teheran, tidak ada masjid Islam (Sunni). Hingga Ummat Islam (Sunni) bila berjum’atan maka ke kedutaan-kedutaan Negara-negara Timur Tengah di Teheran. Tidak ada pula Madrasah Islam (Sunni). Karena semuanya sudah dihancurkan. Para ulama Sunni pun sudah digantung atau dibunuhi. (Lihat Ma’satu Ahlis Sunnah fi Iran, oleh Abu Sulaiman Abdul Munim bin Mahmud Al-Balusy, diindonesiakan dengan judul Kedholiman Syi’ah terhadap Ahlus Sunnah di Iran, LPPI, Jakarta, 1420H/ 1999).
Di Iran tidak ada pula anggota parlemen dari Islam (Sunni) apalagi menteri. Padahal dari Yahudi diberi prioritas jadi anggota parlemen, punya tempat-tempat ibadah (sinagog) dan sekolah-sekolah Yahudi di Iran.
Ulama Syiah terkemuka Iran, Taskhiri, pernah ditanya wartawan di satu negeri di Afrika Utara, apakah tidak boleh di Iran didirikan Masjid Islam Sunni. Pertanyaan itu dijawab dengan seenaknya “sampai sekarang belum saatnya”.
Demikianlah kenyataan di Iran. Ummat Islam Sunni sekitar 20 persen namun tidak diberi hak-haknya alias telah dirampas, dan bahkan lebih kejam dibanding sikap orang kafir di berbagai negeri yang kenyataannya rata-rata masih ada di mana-mana masjid Ummat Islam (Sunni). Sedang di Iran justru masjid-masjid Islam Sunni dihancurkan, ulamanya dibunuhi. Mulutnya berkoar mengecam Yahudi, namun tindakannya justru menikam Islam (Sunni alias Ahlus Sunnah). Dendamnya terhadap Islam bahkan terhadap para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat mendalam. Sekarang pun mereka masih menyebarkan kebencian yang sangat terhadap Isteri-isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam terutama Aisyah dan Hafshah. Sebagaimana mereka sangat benci kepada bapak dari kedua isteri Nabi tersebut yakni sahabat dekat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar dan Umar bin al-Khatthab radyiyallahu ‘anhuma.
Orang Syi’ah di Iran mengaku beragama dengan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun sikapnya sangat berbalikan dengan sikap Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau sangat mencintai ‘Aisyah dan ayahnya (Abu Bakar as-Shiddiq), namun orang Syi’ah sangat membenci kedua-duanya.
Kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam saja bersikap dengan sikap dusta, apalagi kepada Ummat Islam. Maka tidak mengherankan, mulutnya mengecam Israel, tapi kelakuannya jilat-jilatan. Anehnya, di antara tokoh Islam Indonesia, hanya karena pernah dijalan-jalankan ke Iran kemudian ada yang lidahnya jadi pelo, tidak fasih lagi dalam membela Islam, dan tampak belajar bagaimana cara membela Syi’ah. Na’udzubillahi min dzalik!
Dalam kekuasaan Iran, tak pernah ada ceritanya, orang Sunni duduk dalam kursi pemerintahan. Baik itu untuk menterinya ataupun sekadar calon presiden belaka. Ini terjadi sejak Revolusi Iran yang mengintegrasikan golongan Sunni ke dalam kaum minoritas. Dalam konstitusi Iran, sudah disepakai, presiden Iran haruslah seorang penganut Syiah. Syiah, tak pelak, telah membuat kaum Sunni menjadi sangat inferior.
Penghinaan kaum Syiah terhadap jamaah Sunni bisa dilihat jelas pada ritual Syiah setiap pekannya, misalnya saja dalam acara doa bersama yang memang kerap dilaksanakan berbarengan. Di Iran, kaum Sunni mencapai lebih 20% dari populasi penduduk Iran yang berjumlah 70 juta orang. kaum Sunni yang di Iran berjumlah sekitar 15 juta
Sunni Iran mengalami penekanan yang sistematik selama bertahun-tahun. Pemimpin mereka, seperti Ahmed Mufti Zadeh dan Syeikh Ali Dahwary, dipenjarakan kemudian dibunuh. Pemerintah Iran juga menghancurkan masjid-masjid kaum Sunni, dan melarang adanya pendirian masjid Sunni lainnya sekarang ini.
Bandingkan dengan Sinagog Yahudi yang banyak bertebaran di seantero Iran. Bahkan, azan oleh kaum Sunni pun dilarang oleh pemerintah Iran. Sedangkan untuk sholat jum’at umat sunni terpaksa meaksanakan di kedutaan besar Negara muslim yang ada.

Selama ini pemerintah iran di beritakan sebagai pemerintah yang sederhana dan bersih, nyatanya, menurut indeks korupsi internasional tahun 2009, Iran berada di urutan 175 dari negara negara dunia dibandingkan dengan Indonesia di urutan 143, index tersebut menempatkan new Zealand dan Denmark di urutan ke 1 dan 2 sebagai negara yang bersih dari korupsi. Semakin besar angkanya semakin tinggi karupsinya. Jadi ternyata Iran jauh lebih korup dari Indonesia.


Sejarah masuknya islam di iran.
Sebelum masuknya islam kerajaan Persia selalu menghalangi dakwah untuk tersiar di bumi Persia. Maka tidak ada jalan lain selain memerangi kerajaan Persia agar para da’i agama islam dapat bebas dalam mensyiarkan agama ini. Islam masuk ke iran setelah penaklukan dalam perang dahsyat. Tentara Persia ( Iran ) di pimpin panglima besar Rustum dan kaum muslim di pimpin oleh sahabat saad bin abi waqosh. Perang ini terkenal dengan nama perang Qadisiyyah.
Semula khalifah umar bin khotob ingin memimpin sendiri peperangan namun oleh para sahabat disarankan untuk dipimpin sahabat yang lain saja dengan pertimbangan kalau khalifah terbunuh akan timbul kekacauan pada umat muslim. Maka terpilihlah Saad bin abi waqosh sebagai panglima pasukan muslim. Khalifah Umar ibn Khattab ra menuliskan satu perintah kepada panglima perangnya Sa'ad bin Abi Waqqash pada saat hendak membuka negeri Persia yang isinya:
"Amma ba'd. Maka aku perintahkan kepadamu dan orang-orang yang besertamu untuk selalu takwa kepada Allah dalam setiap keadaan. Karena, sesungguhnya takwa kepada Allah adalah sebaik-baik persiapan dalam menghadapi musuh dan paling hebatnya strategi dalam pertempuran."

"Aku perintahkan kepadamu dan orang-orang yang bersamamu agar kalian menjadi orang yang lebih kuat dalam memelihara diri dari berbuat kemaksiatan dari musuh-musuh kalian. Karena, sesungguhnya dosa pasukan lebih ditakutkan atas mereka daripada musuh-musuh mereka dan sesungguhnya kaum muslimin meraih kemenangan tidak lain adalah karena kedurhakaan musuh-musuh mereka terhadap Allah. Kalaulah bukan karena kedurhakaan musuh-musuh itu, tidaklah kaum Muslimin memiliki kekuatan karena jumlah kita tidaklah seperti jumlah mereka (jumlah mereka lebih besar) dan kekuatan pasukan kita tidaklah seperti kekuatan pasukan mereka. Karenanya, jika kita seimbang dengan musuh dalam kedurhakaan dan maksiat kepada Allah, maka mereka memiliki kelebihan diatas kita dalam kekuatannya, dan bila kita tidak menang menghadapi mereka dengan "keutamaan" kita, maka tidak mungkin kita akan mengalahkan mereka dengan kekuatan kita."
"Ketahuilah bahwa kalian memiliki pengawas-pengawas (para malaikat) dari Allah. Mereka mengetahui setiap gerak-gerik kalian karenanya malulah kalian terhadap mereka. Janganlah kalian mengatakan, "Sesungguhnya musuh kita lebih buruk dari kita sehingga tidak mungkin mereka menang atas kita meskipun kita berbuat keburukan." Karena, berapa banyak kaum-kaum yang dikalahkan oleh orang-orang yang lebih buruk dari mereka. Sebagaimana orang-orang kafir Majusi telah mengalahkan Bani Israil setelah mereka melakukan perbuatan maksiat. Mintalah pertolongan kepada Allah bagi diri kalian sebagaimana kalian meminta kemenangan dari musuh-musuh kalian. Dan aku pun meminta hal itu kepada Allah bagi kami dan bagi kalian."

Jalannya pertempuran

Khalifah Umar bin Khattab mengirimkan pasukan muslim dalam jumlah besar ke Iraq (pada saat itu masih bagian dari Persia) di bawah pimpinan sahabat Sa'ad bin Abi Waqqash.
Mendengar pergerakan pasukan Islam ini , Kaisar Persia yang terakhir dan masih muda, Yazdgird III (632 M. - 651 M.) memerintahkan kepada panglima perangnya Rustam Farrokhzad untuk menghadangnya. Akhirnya kedua pasukan ini bertemu di sebelah barat sungai Eufrat di desa yang bernama Al-Qadisiyyah (barat daya Hillah dan Kufah).
Pasukan muslim mengirim delegasi ke kamp pasukan Persia dengan mengajak mereka memeluk Islam atau tetap dalam keyakinan mereka tetapi dengan membayar pajak atau jizyah. Setelah tidak dicapai kesepakatan diatas, pecahlah pertempuran. Sa'ad sendiri tidak bisa memimpin langsung pasukannya dikarenakan sakit bisul yang parah. Tetapi dia tetap memonitor jalannya pertempuran bersama deputinya Khalid bin Urtufah.
Hari pertama pertempuran berakhir dengan kemenangan di pihak Persia dan hampir saja pasukan muslim akan menemui kekalahan dengan tidak imbangnya jumlah pasukannya dengan pasukan Persia yang lebih besar. Pasukan Persia menggunakan gajah untuk memporak-porandakan barisan muslim dan ini sempat membuat kacau kavaleri muslim dan kebingungan diantara mereka bagaimana cara untuk mengalahkan gajah-gajah tersebut. Keadaan seperti ini berlangsung sampai dengan berakhirnya hari kedua pertempuran.
Memasuki hari ketiga, datanglah bala bantuan muslim dari Syria (setelah memenangkan pertempuran Yarmuk). Mereka menggunakan taktik yang cerdik untuk menakut-nakuti gajah Persia yaitu dengan memberi kostum pada kuda-kuda perang. Taktik ini menuai sukses sehingga gajah-gajah Persia ketakutan, akhirnya mereka bisa membunuh pemimpin pasukan gajah ini dan sisanya melarikan diri kebelakang menabrak dan membunuh pasukan mereka sendiri. Pasukan muslim terus menyerang sampai dengan malam hari.
Pada saat fajar hari keempat, datanglah pertolongan Allah SWT. dengan terjadinya badai pasir yang mengarah dan menerpa pasukan Persia sehingga dengan cepat membuat lemah barisan mereka. Kesempatan emas ini dengan segera dimanfaatkan pihak muslim, menggempur bagian tengah barisan Persia dengan menghujamkan ratusan anak panah. Setelah jebolnya barisan tengah pasukan Persia, panglima perang mereka Rustam terlihat melarikan diri dengan menceburkan diri dan berenang menyeberangi sungai, tetapi hal ini diketahui oleh pasukan muslim yang dengan segera menawan dan memenggal kepalanya.
Pasukan muslim yang berhasil memenggal kepalanya adalah Hilal bin Ullafah. Setelah itu dia berteriak kepada pasukan Persia dengan mengangkat kepala Rustam : "Demi penjaga Ka'bah! Aku Hilal bin Ullafah telah membunuh Rustam!". Melihat kepala panglima perangnya ditangan pasukan muslim, pasukan Persia menjadi hancur semangatnya dan kalang kabut melarikan diri dari pertempuran. Sebagian besar pasukan Persia ini berhasil dibunuh dan hanya sebagian kecil saja yang mau memeluk agama Islam. Dari Pertempuran ini, pasukan muslim memperoleh ghanimah atau rampasan perang yang sangat banyak, termasuk perhiasan kekaisaran persia.
Setelah pertempuran ini, pasukan muslim terus mendesak masuk dengan cepat sampai dengan ibukota Persia, Ctesiphon atau Mada'in. setelah itu mereka melanjutkan ke arah timur dan mematahkan dua kali serangan balasan dari pasukan Persia yang pada akhirnya berhasil menghancurkan kekaisaran Persia dan menjadikannya daerah muslim sampai dengan saat ini.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

saya ingin memberitahukan bahwa agen taruhan bola online dengan berupa game yang sangat banyak, Hanya ada di Bolavita untuk kontak nya di BBM: BOLAVITA/ WA: +6281377055002

Posting Komentar