Jumat, 24 September 2010

IRAN penindas sunni


Meski sebagai Negara yang mengaku Negara Islam ternyata banyak anomali didalam praktek keagamaannnya. Terlalu banyak hal hal yang keluar dari syariat. (berikut kami sertakan sebagian penyimpangan penyimpangan tersebut).

Iran adalah Negeri ratapan, bila ada yang meninggal dimana ratapan adalah bagian dari ritual ibadah persis seperti ajaran yahudi yang jago meratap. Yahudi menjadikan Tembok ratapan sebagai tempat paling suci mereka dimana kaum yahudi meratap.
Ratapan paling akbar bagi kaum syiah adalah ketika hari assyura yang diyakini sebagai hari terbunuhnya imam husain. Hampir seluruh negeri kecuali beberapa daerah yan menjadi tempat penduduknya sunni ( kaum sunni adalah 20 persen penduduk iran ) meratap berteriak teriak memanggil husein dan memukul mukul dada bahkan melukai badan hingga berdarah darah. Bila yang perempuan memukul mukul dada dan kepala, maka yang pria menyakiti badan dengan rantai berkait pisau, semua larut dalam kesurupan massal. Orang yang melihat bahkan orang yang tidak ngerti agama pun pasti beranggapan sama, mereka gila dan bodoh. Dibodohi oleh yahudi dan ulama ulama mereka. Tak ada satu akal sehatpun yang membenarkan praktek ibadah seperti ini.

Para ulama syiah di iran menganjurkan untuk melakukan nikah mut’ah, yaitu nikah kontrak yang hanya dibatasi oleh sejumput uang dan masa sewa, harga dari tubuh sang perempuan. Nikah mut’ah yang sejatinya zina (pelacuran) ini pun dianggap ibadah. Zina kok dapat pahala. Bahkan di kota kota pemerintah menyediakan gedung gedung yang berisi para perempuan yang bersedia untuk nikah mut’ah. Tetapi anehnya pengadilan Iran memvonis rajam Sakineh Mohammadi Ashtiani janda 43 tahun dengan tuduhan mengadakan perzinaan pada tahun 2006.Bagaimana cara mereka membedakan antara pelacuran dan nikah mut'ah,kan sama sama dibayar?. Nah loh ….. lucu kan.


Begitu bodohnya syiah ini sampai sampai Al Imam Syafi’i pun menganggap syiah sebagai golongan muslim yang paling bodoh dan paling jauh menyimpang dari ajaran Islam. Bahkan mayoritas ulama pun menganggap Syiah sebagai di luar Islam.


Kalau kita umat Islam di Indonesia sangat memuliakan Sahabat rasululoh, maka di negeri ini mereka para sahabat dianggap kafir, mencaci dan membenci mereka adalah bagian dari akidah dan ibadah mereka. Belum sempurna iman seseorang kalau belum membenci dan mencaci Abu Bakar, Umar bin Khotob, Usman bin Affan dan Aisyah, khafsoh serta istri istri Nabi Muhammad Saw yang lain. Pantang bagi orang syiah untuk mengambil nama mereka sebagai nama dirinya dan nama anak anak mereka. Siapa melanggar akan dihukum seberat-beratnya. Bahkan nama Muhammad pun tidak bakal ditemui pada diri orang syiah. Begitu lah syiah, mengaku islam tetapi sangat benci kepada nabi Muhammad saw dan sahabat.

Bahkan syiah pun meragukan kemurnian alQuran, mereka percaya dan meyakini bahwa nabi Muhammad menyembunyikan sebagian ayat ayat alqur’an. Jadi bagaimana mungkin syiah mau menerima Al Qur’an yang menurut mereka merupakan hasil periwayatan para sahabat yang di mata syiah adalah pengkhianat? Sementara perawi syiah sendiri tidak ada yang meriwayatkan Al Qur’an, seluruh jalur periwayatan Al Qur’an adalah melalui perawi sunni. Tidak ada satu pun yang syiah. Saking jahilnya kaum syiah mereka meyakini Al quran yang asli kelak akan dibawa oleh Imam Mahdi versi mereka. Na’udzu billahi min dzalik.

Dalam kitab mereka semisal Furu’ul Kafi oleh Al-Kulani, Man La Yahdhuruhul Faqiihu oleh Ibnu Babawih dan kitab lainnya, diriwayatkan : “… Barangsiapa mendatangi kubur Al-Husain pada hari Arafah dengan mengakui haknya maka Allah akan menulis baginya seribu kali haji mabrur, seribu kali umrah mabrur dan seribu kali peperangan bersama Nabi yang diutus dan imam yang adil”. Dalam kitab Kamiluzaroot dan Bahirul Anwar disebutkan “ Ziarah kubur Al-Husain merupakan amalan yang paling mulia”, riwayat lainnya, “Termasuk amalan yang paling mulia adalah ziarah kubur Al-Husain”. Bahkan Karbala itu lebih mulia dibanding Makkah Al-Mukaramah. Karena Al-Husain dikuburkan di disana. [Lihat Ushul Madzhab Asy-Syiah Al-Imamiyah Al-Itsna Asyriyah Dr Nashir Al-Qifari, hal. 460-464]
Khomeini menulis buku Wilayatul faqih dan AL Hukumah AL IslamiyaH. Sebagian kekafiran yang ada pada buku tersebut (Al Huykumah AL Islamiyah hal 35) : Khomeini berkata bahwa termasuk hal pokok dalam mazhab kita (syiah )adalah bahwa para imam syiah memiliki posisi yang tidak dapat dicapai oleh para malaikat dan para Nabi.

Itulah akidah syiah bahwa imam mereka yang berjumlah 12 lebih tinggi kedudukannya jika dibanding para nabi dan malaikat, termasuk nabi muhammad saw.

Penghinaan Iran Terhadap Kaum Sunni
Perlu diketahui, sikap Iran terhadap Islam (Sunni) lebih kejam dibanding sikap negeri-negeri kafir sekalipun. Hingga di Iran terutama ibukotanya, Teheran, tidak ada masjid Islam (Sunni). Hingga Ummat Islam (Sunni) bila berjum’atan maka ke kedutaan-kedutaan Negara-negara Timur Tengah di Teheran. Tidak ada pula Madrasah Islam (Sunni). Karena semuanya sudah dihancurkan. Para ulama Sunni pun sudah digantung atau dibunuhi. (Lihat Ma’satu Ahlis Sunnah fi Iran, oleh Abu Sulaiman Abdul Munim bin Mahmud Al-Balusy, diindonesiakan dengan judul Kedholiman Syi’ah terhadap Ahlus Sunnah di Iran, LPPI, Jakarta, 1420H/ 1999).
Di Iran tidak ada pula anggota parlemen dari Islam (Sunni) apalagi menteri. Padahal dari Yahudi diberi prioritas jadi anggota parlemen, punya tempat-tempat ibadah (sinagog) dan sekolah-sekolah Yahudi di Iran.
Ulama Syiah terkemuka Iran, Taskhiri, pernah ditanya wartawan di satu negeri di Afrika Utara, apakah tidak boleh di Iran didirikan Masjid Islam Sunni. Pertanyaan itu dijawab dengan seenaknya “sampai sekarang belum saatnya”.
Demikianlah kenyataan di Iran. Ummat Islam Sunni sekitar 20 persen namun tidak diberi hak-haknya alias telah dirampas, dan bahkan lebih kejam dibanding sikap orang kafir di berbagai negeri yang kenyataannya rata-rata masih ada di mana-mana masjid Ummat Islam (Sunni). Sedang di Iran justru masjid-masjid Islam Sunni dihancurkan, ulamanya dibunuhi. Mulutnya berkoar mengecam Yahudi, namun tindakannya justru menikam Islam (Sunni alias Ahlus Sunnah). Dendamnya terhadap Islam bahkan terhadap para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat mendalam. Sekarang pun mereka masih menyebarkan kebencian yang sangat terhadap Isteri-isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam terutama Aisyah dan Hafshah. Sebagaimana mereka sangat benci kepada bapak dari kedua isteri Nabi tersebut yakni sahabat dekat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar dan Umar bin al-Khatthab radyiyallahu ‘anhuma.
Orang Syi’ah di Iran mengaku beragama dengan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun sikapnya sangat berbalikan dengan sikap Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau sangat mencintai ‘Aisyah dan ayahnya (Abu Bakar as-Shiddiq), namun orang Syi’ah sangat membenci kedua-duanya.
Kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam saja bersikap dengan sikap dusta, apalagi kepada Ummat Islam. Maka tidak mengherankan, mulutnya mengecam Israel, tapi kelakuannya jilat-jilatan. Anehnya, di antara tokoh Islam Indonesia, hanya karena pernah dijalan-jalankan ke Iran kemudian ada yang lidahnya jadi pelo, tidak fasih lagi dalam membela Islam, dan tampak belajar bagaimana cara membela Syi’ah. Na’udzubillahi min dzalik!
Dalam kekuasaan Iran, tak pernah ada ceritanya, orang Sunni duduk dalam kursi pemerintahan. Baik itu untuk menterinya ataupun sekadar calon presiden belaka. Ini terjadi sejak Revolusi Iran yang mengintegrasikan golongan Sunni ke dalam kaum minoritas. Dalam konstitusi Iran, sudah disepakai, presiden Iran haruslah seorang penganut Syiah. Syiah, tak pelak, telah membuat kaum Sunni menjadi sangat inferior.
Penghinaan kaum Syiah terhadap jamaah Sunni bisa dilihat jelas pada ritual Syiah setiap pekannya, misalnya saja dalam acara doa bersama yang memang kerap dilaksanakan berbarengan. Di Iran, kaum Sunni mencapai lebih 20% dari populasi penduduk Iran yang berjumlah 70 juta orang. kaum Sunni yang di Iran berjumlah sekitar 15 juta
Sunni Iran mengalami penekanan yang sistematik selama bertahun-tahun. Pemimpin mereka, seperti Ahmed Mufti Zadeh dan Syeikh Ali Dahwary, dipenjarakan kemudian dibunuh. Pemerintah Iran juga menghancurkan masjid-masjid kaum Sunni, dan melarang adanya pendirian masjid Sunni lainnya sekarang ini.
Bandingkan dengan Sinagog Yahudi yang banyak bertebaran di seantero Iran. Bahkan, azan oleh kaum Sunni pun dilarang oleh pemerintah Iran. Sedangkan untuk sholat jum’at umat sunni terpaksa meaksanakan di kedutaan besar Negara muslim yang ada.

Selama ini pemerintah iran di beritakan sebagai pemerintah yang sederhana dan bersih, nyatanya, menurut indeks korupsi internasional tahun 2009, Iran berada di urutan 175 dari negara negara dunia dibandingkan dengan Indonesia di urutan 143, index tersebut menempatkan new Zealand dan Denmark di urutan ke 1 dan 2 sebagai negara yang bersih dari korupsi. Semakin besar angkanya semakin tinggi karupsinya. Jadi ternyata Iran jauh lebih korup dari Indonesia.


Sejarah masuknya islam di iran.
Sebelum masuknya islam kerajaan Persia selalu menghalangi dakwah untuk tersiar di bumi Persia. Maka tidak ada jalan lain selain memerangi kerajaan Persia agar para da’i agama islam dapat bebas dalam mensyiarkan agama ini. Islam masuk ke iran setelah penaklukan dalam perang dahsyat. Tentara Persia ( Iran ) di pimpin panglima besar Rustum dan kaum muslim di pimpin oleh sahabat saad bin abi waqosh. Perang ini terkenal dengan nama perang Qadisiyyah.
Semula khalifah umar bin khotob ingin memimpin sendiri peperangan namun oleh para sahabat disarankan untuk dipimpin sahabat yang lain saja dengan pertimbangan kalau khalifah terbunuh akan timbul kekacauan pada umat muslim. Maka terpilihlah Saad bin abi waqosh sebagai panglima pasukan muslim. Khalifah Umar ibn Khattab ra menuliskan satu perintah kepada panglima perangnya Sa'ad bin Abi Waqqash pada saat hendak membuka negeri Persia yang isinya:
"Amma ba'd. Maka aku perintahkan kepadamu dan orang-orang yang besertamu untuk selalu takwa kepada Allah dalam setiap keadaan. Karena, sesungguhnya takwa kepada Allah adalah sebaik-baik persiapan dalam menghadapi musuh dan paling hebatnya strategi dalam pertempuran."

"Aku perintahkan kepadamu dan orang-orang yang bersamamu agar kalian menjadi orang yang lebih kuat dalam memelihara diri dari berbuat kemaksiatan dari musuh-musuh kalian. Karena, sesungguhnya dosa pasukan lebih ditakutkan atas mereka daripada musuh-musuh mereka dan sesungguhnya kaum muslimin meraih kemenangan tidak lain adalah karena kedurhakaan musuh-musuh mereka terhadap Allah. Kalaulah bukan karena kedurhakaan musuh-musuh itu, tidaklah kaum Muslimin memiliki kekuatan karena jumlah kita tidaklah seperti jumlah mereka (jumlah mereka lebih besar) dan kekuatan pasukan kita tidaklah seperti kekuatan pasukan mereka. Karenanya, jika kita seimbang dengan musuh dalam kedurhakaan dan maksiat kepada Allah, maka mereka memiliki kelebihan diatas kita dalam kekuatannya, dan bila kita tidak menang menghadapi mereka dengan "keutamaan" kita, maka tidak mungkin kita akan mengalahkan mereka dengan kekuatan kita."
"Ketahuilah bahwa kalian memiliki pengawas-pengawas (para malaikat) dari Allah. Mereka mengetahui setiap gerak-gerik kalian karenanya malulah kalian terhadap mereka. Janganlah kalian mengatakan, "Sesungguhnya musuh kita lebih buruk dari kita sehingga tidak mungkin mereka menang atas kita meskipun kita berbuat keburukan." Karena, berapa banyak kaum-kaum yang dikalahkan oleh orang-orang yang lebih buruk dari mereka. Sebagaimana orang-orang kafir Majusi telah mengalahkan Bani Israil setelah mereka melakukan perbuatan maksiat. Mintalah pertolongan kepada Allah bagi diri kalian sebagaimana kalian meminta kemenangan dari musuh-musuh kalian. Dan aku pun meminta hal itu kepada Allah bagi kami dan bagi kalian."

Jalannya pertempuran

Khalifah Umar bin Khattab mengirimkan pasukan muslim dalam jumlah besar ke Iraq (pada saat itu masih bagian dari Persia) di bawah pimpinan sahabat Sa'ad bin Abi Waqqash.
Mendengar pergerakan pasukan Islam ini , Kaisar Persia yang terakhir dan masih muda, Yazdgird III (632 M. - 651 M.) memerintahkan kepada panglima perangnya Rustam Farrokhzad untuk menghadangnya. Akhirnya kedua pasukan ini bertemu di sebelah barat sungai Eufrat di desa yang bernama Al-Qadisiyyah (barat daya Hillah dan Kufah).
Pasukan muslim mengirim delegasi ke kamp pasukan Persia dengan mengajak mereka memeluk Islam atau tetap dalam keyakinan mereka tetapi dengan membayar pajak atau jizyah. Setelah tidak dicapai kesepakatan diatas, pecahlah pertempuran. Sa'ad sendiri tidak bisa memimpin langsung pasukannya dikarenakan sakit bisul yang parah. Tetapi dia tetap memonitor jalannya pertempuran bersama deputinya Khalid bin Urtufah.
Hari pertama pertempuran berakhir dengan kemenangan di pihak Persia dan hampir saja pasukan muslim akan menemui kekalahan dengan tidak imbangnya jumlah pasukannya dengan pasukan Persia yang lebih besar. Pasukan Persia menggunakan gajah untuk memporak-porandakan barisan muslim dan ini sempat membuat kacau kavaleri muslim dan kebingungan diantara mereka bagaimana cara untuk mengalahkan gajah-gajah tersebut. Keadaan seperti ini berlangsung sampai dengan berakhirnya hari kedua pertempuran.
Memasuki hari ketiga, datanglah bala bantuan muslim dari Syria (setelah memenangkan pertempuran Yarmuk). Mereka menggunakan taktik yang cerdik untuk menakut-nakuti gajah Persia yaitu dengan memberi kostum pada kuda-kuda perang. Taktik ini menuai sukses sehingga gajah-gajah Persia ketakutan, akhirnya mereka bisa membunuh pemimpin pasukan gajah ini dan sisanya melarikan diri kebelakang menabrak dan membunuh pasukan mereka sendiri. Pasukan muslim terus menyerang sampai dengan malam hari.
Pada saat fajar hari keempat, datanglah pertolongan Allah SWT. dengan terjadinya badai pasir yang mengarah dan menerpa pasukan Persia sehingga dengan cepat membuat lemah barisan mereka. Kesempatan emas ini dengan segera dimanfaatkan pihak muslim, menggempur bagian tengah barisan Persia dengan menghujamkan ratusan anak panah. Setelah jebolnya barisan tengah pasukan Persia, panglima perang mereka Rustam terlihat melarikan diri dengan menceburkan diri dan berenang menyeberangi sungai, tetapi hal ini diketahui oleh pasukan muslim yang dengan segera menawan dan memenggal kepalanya.
Pasukan muslim yang berhasil memenggal kepalanya adalah Hilal bin Ullafah. Setelah itu dia berteriak kepada pasukan Persia dengan mengangkat kepala Rustam : "Demi penjaga Ka'bah! Aku Hilal bin Ullafah telah membunuh Rustam!". Melihat kepala panglima perangnya ditangan pasukan muslim, pasukan Persia menjadi hancur semangatnya dan kalang kabut melarikan diri dari pertempuran. Sebagian besar pasukan Persia ini berhasil dibunuh dan hanya sebagian kecil saja yang mau memeluk agama Islam. Dari Pertempuran ini, pasukan muslim memperoleh ghanimah atau rampasan perang yang sangat banyak, termasuk perhiasan kekaisaran persia.
Setelah pertempuran ini, pasukan muslim terus mendesak masuk dengan cepat sampai dengan ibukota Persia, Ctesiphon atau Mada'in. setelah itu mereka melanjutkan ke arah timur dan mematahkan dua kali serangan balasan dari pasukan Persia yang pada akhirnya berhasil menghancurkan kekaisaran Persia dan menjadikannya daerah muslim sampai dengan saat ini.
Selengkapnya...

Selasa, 22 Juni 2010

Pakistan


Republik Islam Pakistan adalah sebuah negara yang terletak di Asia Selatan. Pakistan berbatasan dengan India, Iran, Afganistan, Xinjiang (china) dan Laut Arab. Seperti India, Pakistan juga dilalui oleh barisan pegunungan Himalaya, juga pegunungan Karakaroum ( dalam bahasa hindi atau urdu Hindukush artinya pembunuh hindu. Konon banyak kaum hindu yang tewas ketika ditawan kaum muslimin melewati pegunungan ini).

Perkiraan penduduk pada 2006 165.803.560 Pakistan menduduki peringkat keenam negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Ia juga menduduki peringkat ketiga dalam negara berpenduduk Muslim terbanyak di dunia (setelah Indonesia dan India) dan juga salah satu anggota penting OKI.
. Memiliki luas wilayah total 803,940 km2 .
Pakistan merupakan tempat pertama kali Islam menginjakan kaki untuk selanjutnya menyebar ke seluruh hindushtan termasuk india dan Bangladesh.

Pakistan lahir dari proses pemisahan dengan India, sejak semula Pakistan dicita-citakan sebagai negeri suci, tanah air bagi muslim seluruh Hindustan. Dipelopori seruan Muhammad Ali Jinnah – Bapak Pendiri Pakistan, yang berkata, “Hindu dan Muslim adalah dua agama, filsafat, kebiasaan sosial, dan kesusastraan yang berbeda. Mencampurkan keduanya dalam negara yang sama, yang satu menjadi minoritas dan satunya mayoritas, akan membawa pertentangan dan kehancuran.”

Maka berdirilah negara islam Pakistan pada tanggal 15 Agustus 1947, di muka bumi. Negeri yang dirayakan penuh sorak sorai sebagai kemenangan Muslim di British India. Pakistan merdeka sebelum batas negaranya jelas. Berdasar kesepakatan maka daerah mayoritas muslim akan menjadi wilayah pakistan sedangkan daerah mayoritas hindu masuk ke negara India. Propinsi di barat sana, seperti Baluchistan dan Sindh yang mayoritas Muslim, sudah pasti masuk Pakistan. Tetapi Punjab dan Benggala, Muslim dan Hindu separuh-separuh. Belum lagi Kashmir yang mayoritas Muslim tetapi dipimpin oleh maharaja Hindu. Semua ini menjadi benih pertumpahan darah dalam sejarah singkat Pakistan.

Sir Cyril Radcliffe dari pemerintahan kolonial Inggris yang menentukan batas kedua negara ini. Punjab dan Benggala diiris dengan Garis Radcliffe. Punjab Barat dan Benggala Timur ( kelak menjadi Bangladesh ) masuk Pakistan Tetapi tidak ada garis yang tepat membelah umat Muslim dan Hindu. Di sisi Pakistan ada puluhan juta Hindu, dan di sisi India ada ratusan juta Muslim. Sebaliknya di kashmir walaupun mayoritas peduduk adalah muslim tetapi India dengan licik segera masuk menguasai hampir 2/3 wilayah. Pakistan terlambat mengantisipasi hingga hanya menguasai kurang 1/3, sisanya dikuasai cina. Sampai sekarang india dan pakistan masih berkonflik masalah kashmir.

Konon yang terjadi setelah itu adalah perpindahan manusia terbesar dalam sejarah dunia. Umat Muslim yang memimpikan tanah suci berbondong-bondong ke arah Pakistan. Umat Hindu dan Sikh yang tak ingin menjadi minoritas di negara Muslim merayap ke arah Hindustan. Lebih dari 14 juta manusia berpindah untuk mencapai tanah impian. Ada yang berjalan kaki, naik kereta kuda dan keledai, bus, kereta api. Yang sudah tua tak kuat jalan digendong atau diusung tandu oleh anaknya.

Tetapi tak semua manusia itu dapat meraih mimpinya. Pakistan dan India berdiri di atas darah dan nyawa jutaan manusia. Kereta yang penuh berisi umat Hindu dan Sikh yang hendak meninggalkan Pakistan dihentikan di jalan dan penumpangnya dibantai. Demikan juga sebaliknya, Muslim yang meninggalkan India menjadi korban keganasan kaum nasionalis yang menganggap kaum muslim sebagai penghianat. Diperkirakan sampai sejuta orang tewas dalam peristiwa ini.
Mantan presiden Pervez Musharaf adalah juga termasuk muslim dari india yang mengikuti orangtuanya pindah ke pakistan.

Tahun 1971 timbul perang saudara antara Pakistan Barat yang dipimpin Presiden Yahya Khan dan Pakistan Timur yang dipimpin Mujibur Rahman. Dengan bantuan penuh India, serta kelompok persekongkolan lainnya, Pakistan Timur (Benggala Timur) berhasil melepaskan diri dari Republik Islam Pakistan. Berdirilah Republik Bangladesh. Republik Islam Pakistan kehilangan satu sayap terpenting, berupa penyusutan wilayah geografis.

Setelah tragedi perpecahan Pakistan Barat-Pakistan Timur, Republik Islam Pakistan tetap selalu dirundung masalah. Selain sengketa abadi dengan India, baik mengenai perbatasan maupun “kepemilikan” Khasmir, juga sengketa internal yang senantiasa mengguncang sendi-sendi pemerintahan


Hingga hari ini pakistan selalu berselimut konflik, darah mengalir setiap hari. Selain berkonflik dengan India, didalam negeri pun terjadi konflik internal. Antara sunni melawan syiah, atau juga melawan Ahmadiyah. Juga konflik antara suku suku menyangkut hukum adat dan wilayah kesukuan. Pemerintahanpun datang silih berganti, namun konflik tak berkurang malah bertambah runyam dengan konflik antar partai. Ledakan bom dan rentetan senjata sudah menjadi menu sehari hari entah kapan akan berakhir. Seakan Pakistan ditakdirkan untuk berkonflik, menghabiskan energi dan potensi untuk saling menghancurkan. Jauh dari cita-cita luhur pendiri bangsa.

Tapi sejatinya Pakistan adalah negeri yang membanggakan yang lahir dari perjuangan dan kegigihan untuk menegakkan Izzatul Islam, Ia merupakan negeri muslim pertama yang mampu memiliki senjata nuklir. Yang akan mampu menggetarkan musuh-musuh Islam. Disana juga syariat islam sudah jamak dilaksanakan, hukum adat sangat menjunjung tinggi hukum islam. Negeri yang penduduknya sangat memuliakan tamu.

Secara kasat mata islam nampak dalam kehidupan kesharian masyarakat Pakistan. Iklim yang keras tak bersahabat dan situasi yang tidak kondusiflah yang membentuk tabiat masyarakatnya menjadi keras tanpa ampun.
. Selengkapnya...

Kamis, 10 Juni 2010

Menanti negara sudan selatan

Dua bulan kemarin, Palestina menjadi target invasi pasukan Israel. Afganistan jadi target berikutnya. Sekarang Sudan menjadi objek utama. Senarai rangkaian permusuhan ini seharusnya semakin mendewasakan umat ini, menyadarkan adanya perang tak berkesudahan, serta kebencian yang mendalam terhadap Umat Islam.

Antara Sudan Utara dan Selatan

Bukan tanpa tujuan putusan International Criminal Court (ICC) terhadap Presiden Sudan. Putusan itu menyatakan Al-Basyir sebagai pelaku tindak pelanggaran terhadap HAM dan pembantaian manusia secara tidak langsung di Darfur. Putusan yang dikeluarkan pada Rabu, 4 Maret 2009 ini sebelumnya pernah mencuat pada Senin, 14 Juli 2008. Dr. Abdul Aziz Kamil dalam sebuah kajiannya di Majalah Al-Bayan (edisi Muharram 1426) menyatakan, bahwa Inggris adalah negara pertama yang mengambil peran dalam penyebaran benih konflik di Sudan Selatan. Sejak Inggris menguasai negeri penguasa sungai Nil kedua setelah Mesir ini pada akhir abad ke-19, mereka telah menutup jalan masuk dakwah Islam ke Sudan Selatan. Di saat yang sama, mereka melebarkan sayap kristenisasi dengan membiarkan masuk para misionaris untuk menyebarkan paham dan pengaruh Kristen. Setelah Sudan merdeka, usaha kristenisasi ini tetap berlangsung dengan makmur.

Keadaan ini tetap berlangsung hingga kini. Malah terlihat ada indikasi yang memperlihatkan dukungan pemerintah Sudan terhadap proses kristenisasi. Hal ini antara lain terlihat dengan dihapusnya undang-undang tentang batas penyebaran agama Kristen yang pernah ditetapkan pada masa pemerintahan Ibrahim Abud (tahun 1957—1963). Undang-undang ini melarang adanya pembangunan gereja baru di wilayah Sudan Selatan tanpa izin dari pemerintah. Kebijakan ini untuk menghindari terjadinya konflik antar agama dan pembangunan tempat peribadatan Kristen di wilayah umat Islam. Namun kemudian ketentuan ini dihapus atas permintaan Paus Paulus II yang berkunjung ke Sudan tahun 1994. Sehingga terbukalah peluang emas bagi pihak gereja untuk menyebarkan agama Kristen di Sudan dengan seluas-luasnya, dan tetap berpusat di Sudan Selatan.

Perang ideologi antara penduduk Sudan Selatan yang mayoritas Kristen dan Sudan Utara yang sebagian besar Muslim mulai tersulut sejak saat itu. Disamping itu, perbedaan ras juga memicu panasnya konflik; penduduk Sudan Selatan didominasi oleh orang-orang Negro, sedangkan Sudan Utara banyak dihuni oleh keturunan Arab. Kesempatan ini dimanfaatkan Zionis Yahudi untuk mempertajam konflik dengan mengubah "topik konflik" dari agama dan ras menjadi konflik politik dan militer.

Motif terselubung permainan strategi ini melihat besarnya potensi Sudan untuk kepentingan Yahudi dalam mewujudkan angan mereka, mendirikan negara Israel Raya. Sebagaimana apa yang dikatakan Golda Meir, Perdana Menteri Israel ke-4 (1969-1974) bahwa, “Melemahkan negara-negara Arab sentral dan menggerogoti kekuatannya adalah keharusan, demi melipatgandakan kekuatan kita dan meningkatkan daya tahan kekebalan kita menghadapi musuh. Untuk itu kita harus menggunakan segala cara, kadang kala menggunakan kekerasan, diplomasi, atau dengan cara perang terselubung.”

Sudan Selatan dan Israel

Hubungan baik antara kelompok pemberontak di Sudan Selatan—yang ingin memisahkan diri dari Sudan—dengan Israel, telah terbina lama sebelum John Garank, pimpinan kaum pemberontak muncul ke pentas politik Sudan. Upaya penguasaan Sudan telah dirintis Zionis Israel sejak tahun 50-an. Mereka membina hubungan dengan penduduk Sudan Selatan dengan cara memberikan bantuan kemanusiaan dalam jumlah besar kepada penduduk di Sudan Selatan dan sebagian di Sudan Utara. Pada tahun 60-an, Israel mulai melancarkan provokasi kepada penduduk untuk melakukan pemberontakan. Tidak hanya itu, mereka juga mempersenjatai penduduk Sudan Selatan dengan berbagai persenjataan militer dan mendirikan akademi militer untuk para pemuda Sudan di Ethiopia, Uganda, dan Kenya. Bahkan tentara dan perwira Israel mendirikan karantina khusus untuk melatih pemuda-pemuda Sudan, dengan mengambil tempat di dalam negeri Sudan.

Pada pertengahan tahun 70-an, Zionis Israel menambah pasokan senjata untuk tentara Sudan yang kemudian mereka gunakan untuk membantai kaum Muslimin di sana. Mendekati paruh tahun 80-an, terbentuklah pasukan tentara Sudan keluaran akademi militer Israel. Sepanjang tahun 80-an ini, negara-negara tetangga, seperti Kenya dan Uganda, turut memberikan andil politik dalam mengokohkan kepemimpinan John Garank di Sudan Selatan. Tahun 90-an, tentara Israel kembali menambah perangkat senjata militer modern untuk kepentingan perang. Genderang perang pun semakin kencang terdengar sejak saat itu. Suaranya membahana ke seluruh penjuru dunia. Amru Musa, sekjend Liga Arab pasca agresi AS ke Irak menegaskan, bahwa kondisi Irak pasca Saddam tidak lebih parah daripada kondisi yang akan dihadapi Sudan mendatang. Dan benar, tak lama setelah itu meletuslah tragedi Darfur di Sudan Barat.

Pengkotak-kotakan negara Arab oleh Zionis Israel merambah jauh ke dalam negeri Sudan. Pemberontakan demi pemberontakan yang terjadi hanya sebagai langkah awal untuk menjadikan Sudan terpecah-belah, dan pada gilirannya tentu berpengaruh kepada kondisi negara-negara Arab di Timur Tengah. Perjanjian damai yang terjadi kemudian tidak menjadi indikasi bahwa negara Sudan akan kembali bersatu. Justru dari sinilah perpecahan itu dimulai.

Negara Sudan Selatan

Perjanjian yang diadakan pada hari Ahad, 28 Dzulqa'dah 1425/9 Januari 2005, antara pemerintah Sudan dengan Sudan People’s Liberation Army (SPLA) yang dipimpin oleh Dr. John Garank, telah menyepakati adanya referendum gencatan senjata antar kedua belah pihak, memberikan kesempatan otonomi daerah kepada pihak Sudan Selatan untuk menjalankan pemerintahan sendiri selama enam tahun (2005-2011). John Garank sendiri diangkat menjadi wakil presiden pertama Sudan dan memegang kepemimpinan tertinggi di Sudan Selatan yang mencakup seperempat wilayah negeri.

Jangka waktu enam tahun ini bisa menjadi kesempatan emas bagi kaum pemberontak untuk melebarkan sayapnya. Dalam rentang waktu ini mereka bebas mengeruk kekayaan alam dan gas bumi yang berada di Sudan Selatan tanpa ada campur tangan dari pemerintah. Enam tahun adalah waktu yang sangat panjang untuk mempersiapkan segala sesuatu di bidang militer, ekonomi, sosial, politik internasional, dan bidang lainnya. Mereka pun dapat menghantam dan menyudutkan pemerintah Sudan di mata dunia dengan menyebarkan berbagai opini dan isu atas bantuan AS dan Israel. Sehingga ketika masa enam tahun terlewati, Dr. Abdul Aziz memprediksikan kelompok pemberontak di Sudan Selatan tidak akan memberikan wilayah Sudan Selatan kepada pemerintah, namun justru akan balik menyerang dengan segala kekuatan milter yang dimilikinya bersama sekutunya.

Berdirinya sebuah negara yang berasaskan Islam merupakan ancaman besar. Sosok Presiden Al-Basyir membuat AS takut. Apalagi dengan adanya keinginan untuk menerapkan Syariat Islam di sana. Mereka ingin merebut Sudan dan menggusur Al-Basyir yang punya komitmen keislaman kuat, hapal Al-Quran, mendapat dukungan besar dari rakyat, dan diterima di kalangan ulama baik di Sudan maupun di luar Sudan. Ia juga menjadi penghalang dalam mewujudkan keinginan AS untuk memecah Sudan menjadi negara-negara kecil. Maka rongrongan dari dalam terus dijalankan. Konflik dalam negeri terus ditabuh, demi terwujudnya kepentingan berdirinya negara baru di Sudan Selatan dalam tiga tahun terakhir ini. Al-Basyir harus kuat dan perlu dukungan dari seluruh umat islam. Jika tidak, negara baru Selatan Sudan itu akan terwujud. Wallahul Musta’an.
Selengkapnya...

Jumat, 26 Februari 2010



INDIA

Republik India adalah sebuah Negara yang mayoritas penduduknya beragama hindu. Meskipun demikian juga mempunyai jumlah penduduk muslim terbanyak kedua di dunia setelah Indonesia. Dengan populasi pada tahun 2006 diperkirakan 1.098.577.839 dengan Islam adalah agama yang kedua terbesar kedua setelah agama Hindu (80.5%). Ada sekitar 174 juta Muslim, 16.4% dari jumlah penduduk..Adalah negara terbesar ketujuh berdasarkan ukuran wilayah geografis dengan luas wilayah 3,287,590 km2. Jumlah penduduk India tumbuh pesat sejak pertengahan 1980-an.
Terletak di Asia Selatan dengan garis pantai sepanjang 7.000 km, dan bagian dari anak benua India, India merupakan bagian dari rute perdagangan penting dan bersejarah. Dia membagi perbatasan dengan Pakistan, Republik Rakyat Cina, Myanmar. Banglades, Nepal, Bhutan, Afganistan. Sri Lanka,sedangkan Maladewa, dan Indonesia adalah negara kepulauan yang bertetangga.
India dulu merupakan negara terkaya di dunia. Hampir semua berlian yang paling indah didunia dan menempel di mahota raja raja eropa berasal dari India: Koh-i-Nur, Darya-i--Nur, Great Mughal, the Florentine, the Sanci, the Shah, the Regent, the Orloff – semuanya berasal dari India. Ini karena penambangan berlian dan seni memprosesnya berasal di India. Tanah India terkenal sebagai penghasil batu permata serta emas dan perak. Konon jaman dahulu patung patung dewa di India senantiasa ditaburi dengan hiasan permata emas dan perak. Secara ilmu geologi asal muasal banyaknya barang berharga tersebut di india adalah ketika dahulu bumi india bertabrakan dengan benua asia maka menimbulkan tekanan yang luar biasa sehingga terbentuklah intan permata emas dan perak serta menumbuhkan jajaran pegunungan himalaya. sampai sekarang di puncak himalaya masih di temukan fosil fosil kerang yang asalnya adalah mahluk yang hidup didasar laut yang ikut terangkat pada saat terjadi benturan.

India merdeka 15 Agustus 1947 bersamaan dengan pemisahan Pakistan menjadi Negara merdeka tersendiri. Dimana penduduk beragama muslim pindah ke Pakistan dan penduduk beragama hindu bergerak menuju India. Pada saat itu banyak jatuh korban di pihak penduduk muslim yang di pandang kaum hindu sebagai pengkhianat. Ratusan ribu muslim dibunuh oleh pasukan India pada saat hendak menuju Pakistan. Meskipun demikian saat ini masih banyak terdapat warga muslim yang tidak mau pindah ke Pakistan dan memilih menjadi warga India. Sebaliknya di Pakistan sendiri masih terdapat pemeluk agam hindu. Pada saat proses pemisahan ternyata menyisakan masalah pada wilayah Kashmir yang beragama mayoritas muslim. India dengan licik bergerak cepat mengirim pasukan untuk menguasai Kashmir dengan alasan diundang oleh raja Kashmir yang kebetulan beragama hindu. Padahal kesepakatan yang disetujui adalah wilayah mayoritas muslim menjadi bagian Pakistan dan wilayah mayoritas hindu menjadi wilayah India. Dengan demikian India telah melanggar kesepakatan dengan Pakistan. Hingga sekarang dua pertiga wilayah kasmir menjadi bagian dari wilayah India. Dan Kashmir adalah satu-satunya.negara bagian yang mayoritas beragam islam.
Jumlah Muslimin di negara mayoritas penganut agama Hindu ini sekitar 174 juta orang. Meski jumlahnya signifikan, kaum Muslimin India sejak lama mengalami penindasan dan diskriminasi di sektor sosial dan ekonomi.
India hanya memberikan prosentase yang kecil bagi kaum Muslimin yang ingin bekerja misalnya di kepolisian, kemiliteran, departemen pemerintahan bahkan untuk menjadi mahasiswa di universitas-universitas negeri. Akibatnya, tingkat pendidikan dan pengangguran di kalangan komunitas Muslim India cukup tinggi dibandingkan kelompok minoritas lainnya seperti kaum Kristiani dan Sikhs. Saat sekaranga banyak muslim yang terpaksa menggunakan nama Hindu agar bisa mendapatkan pekerjaan.

SEJARAH MASUKNYA ISLAM
Sebelum kedatangan islam India terpecah belah hal ini dipengaruhi oleh agama hindu yang membedabedakan pemeluknya berdasar system kasta. Masing masing ingin menjadi kasta ksatria untuk itu terbentuklah kerajaan kerajaan kecil yang dikuasai oleh banyak kasta ksatria yang saling bersaing. India hanya pernah bersatu pada masa pemerintahan Raja Ashoka yang beragama budha, hal ini karena agama budha tidak mengenal sistem kasta bagi para pemeluknya.
Setelah kedatangan islam secara berangsur India kembali bersatu dibawah satu pemeintahan. Islam disambut oleh rakyat India. Hal ini karena islam tidak membedabedakan para pemeluknya, islam menganggap derajat manusia adalah sama. Hanya ketakwaanlah yang meninggikan derajat seseorang. Sejak pengenalannya ke India, Islam telah membuat penyumbangan keagamaan, kesenian, falsafah, kebudayaan, kemasyarakatan dan politik kepada sejarah, warisan dan kehidupan India.
penaklukkan wilayah India diawali oleh sebuah ekspedisi
yang dipimpin oleh Muhammad ibnul Qasim Ats Tsaqafi,
yang terjadi di zaman Khalifah Al Walid bin Abdil Malik (dinasti umayah )
Ekspedisi tersebut berhasil melaju hingga wilayah utara
India dan menaklukkan kota Daibal, bahkan akhirnya
mendirikan sebuah mesjid di sana. İbnul Qasim menempatkan 4000 orang pasukan
di sana untuk
menjaga wilayah tersebut, dan semenjak itu, jadilah Daibal kota Arab pertama di India.
Setelah penaklukan pertama ini, islam seperti tertahan di tempat tidak maju maju. Demikian seterusnya, mereka hanya menguasai daerah antara
Kabul, Kashmir dan Maltan, sampai suatu ketika Allah menurunkan
pertolongan-Nya lewat tokoh pejuang ini, yang menjadi
batu loncatan pertama bagi para penakluk setelahnya.

Penaklukan islam selanjutnya ke India dimulai dari Afghanistan (Nashiruddien Sabaktekin sekaligus pendiri dinasti ghasnawi di Afghanistan ) kemudian ke sindh (Sultan Mahmud bin Sabaktekin Al Ghaznawi ) dilanjutkan ke Punjab dan seterusnya hingga mencapai seluruh India. Islam memerintah India selama hampir 1000 tahun (638 m sampai dengan 1600 an). Sampai kemudian datanglah bangsa eropa ke India satu persatu wilayah muslim di inida jatuh ke penjajah kulit putih.

Dari sejarah di atas dapat diambil kesimpulan perbedaan penaklukan India dengan penaklukan islam di daerah lain. Bahwa selama hampir 1000 tahun islam memerintah di India belum berhasil mengislamkan India ( ditambah dengan Pakistan dan Bangladesh maka islam hanya sekitar 30 % dari total populasi). Bandingkan dengan afrika utara, syam, Persia dan turki bahkan sebagian asia tenggara yang berhasil dislamkan hampir 100%. Berikut sebab pokoknya:
1. Penguasa islam India kadang tidak konsisten sikapnya terhadap kaum hindu, kadang seorang sultan sangat keras tetapi kadang kala berganti sultan di periode lain terlalu lembut.
2. Pada saat kedatangan islam penduduk India terlanjur mempunyai kebudayaan yang tinggi dengan bangunan bangunan yang indah. Mereka sangat bangga dengan budayanya. Sehingga tidak mudah bagi mereka untuk menerima pengaruh luar.
3. India adalah asal muasal agama hindu ajaran tersebut sangat mendarah daging dalam kehidupan mereka.
Meskipun demikian jasa para pejuang muslim sangat besar berkat jasa mereka islam telah mewarnai sejarah india dan saat ini ratusan juta ras India (Pakistan India dan Bangladesh) adalah muslim, semoga mereka mendapat tempat yang mulia di hari pembalasan kelak sebagai syuhada.
Selengkapnya...